Keumamah yaitu salah satu kuliner tradisional masyarakat Aceh. Selain disebut keumamah, makanan ini juga populer dengan nama ikan kayu.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, keumamah disebut sebagai ikan kayu sebab ikan yang diperkenalkan bertekstur keras, layaknya kayu. Secara definisi, keumamah yaitu alahan ikan kaya rempah yang diawetkan dengan sebagian pelaksanaan pembuatan.
Cara pembuatan kuliner Aceh ini diawali dari pembersihan ikan, perebusan, pengeringan, dan penyimpanan. Sementara itu, ikan yang diaplikasikan sebagai bahan dasar keumamah berasal dari ikan tongkol atau cakalang.
Keumamah betul-betul berkembang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Bahkan, bagi masyarakat Aceh, keberadaan ikan ini telah melewati sejarah yang betul-betul panjang.
Berdasarkan sejarah yang beredar, absensi keumamah diawali dikala masa kerajaan. Sampai dikala ini, keumamah https://bars-clothing.com/ masih betul-betul berkembang dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Makanan ini juga mempunyai fungsi sosial bagi masyarakat setempat. Pasalnya, masyarakat setempat tak jarang merekomendasikan makanan ini sebagai salah satu makanan yang dikirimkan untuk sanak saudara di bermacam daerah, bagus di Aceh ataupun di luar Aceh.
Bahkan, pada zaman dahulu, keumamah menjadi barang turunan untuk jamaah haji yang akan berangkat ke tanah suci. Selain itu, keumamah juga tak jarang dimasak untuk kegiatan adat istiadat dan perayaan hari besar Islam lainnya.
Mengutip dari ‘Peningkatan Mutu dan Produktivitas Pangan Tradisional Aceh Ikan Keumamah Berskala Industri Rumah Tangga’ oleh V Muhardina dan TM Rahmiati, keumamah juga dapat menerapkan ikan tuna sebagai bahan dasarnya. Masyarakat setempat malah ada yang memasarkan keumanah berbentuk industri rumahan.
Karena diciptakan dengan skala industri rumahan, menyebabkan adanya keterbatasan dalam kuantitas dan kwalitas produksi keumamah siap saji yang diciptakan. Padahal demikian, keumamah tetap menjadi salah satu kuliner khas tradisional yang menjadi identitas masyarakat Aceh.